Ilmuan

The Legend of Mazda RX7 “Brap – Brap”

Mazda RX-7! Ya siapa yang tidak kenal dengan mobil legenda 1 ini yang merupakan hasil perkembangan dari bibit utama mobil yang menggunakan mesin dengan sistem perputaran atau yang sering di dengar dengan sistem Rotary Engine. Pada 1961 yang dimana pada saat itu Mazda melakukan MOU (Memorandum Of Understanding) dengan salah satu perusahaan bernama NSU Motorewenke AG dimana saat itu sang penemu mesin dengan cara kerja berputar dengan tenaga yang sangat besar namun juga sangat ringkih, yaitu Felix Wankel. Setelah enam tahun berjalan dengan terus mengembangkan mesin rotary, Mazda akhirnya menemukan solusi dari masalah mesin rotary, dan memasangkan mesin tersebut pada sportscar pertamanya Mazda yaitu Mazda Cosmo, yang pertama kali diperkenalkan pada Tokyo Motor Show pada tahun 1964, dan baru diproduksi pada bulan Mei 1967. Lima tahun berselang setelah Mazda Cosmo lahir, mesin wankel rotary juga disematkan di line-up coupe mungil RX-3 Savannah Coupe pada 1972. Pada akhirnya RX-3 Savannah pun meraih kesuksesan di ajang balap dan di pasar sebagai mobil berperforma besar dengan budget yang sangat murah pada zamannya. Setelah RX-3 Savannah telah meraih kesuksesan, Mazda langsung berencana membuat sebuah sportcar dengan harga murah dan style yang sama baiknya tanpa mengurangi performa yang sudah ada sebelumnya. Akhirnya Mazda merencanakan untuk membuat saingan dari Lotus Elan ciptaan Colin Chapman, maka lahirlah Mazda RX-7 generasi pertama yaitu Mazda RX-7 Savannah SA22C dan FB (1979 – 1985). Meski Mazda RX-7 memakai nama Savannah yang dipopulerkan oleh RX-3, keduanya adalah mobil yang benar-benar berbeda. Persamaannya hanyalah penggunaan mesin Wankel dengan sistem Rotary Engine yang dipakai pada kedua mobil tersebut. Design dari RX-7 sendiri dikepalai oleh Matasaburo Maeda dan dengan timnya lahirlah bentukan dari RX-7 tersebut, RX-7 dijual bersamaan dengan beberapa line-up lain Mazda yang juga memakai mesin rotary. Pada seri ini Mazda RX-7 merupakan yang pertama menggunakan mesin rotary berkapasitas 1.146cc berkode 12A yang menghasilkan tenaga 100HP, yang diciptakan dengan transmisi manual 4/5 shift, atau transmisi otomoatis 3-percepatan JATCO 3N71B. Tenaganya tidak terlalu besar, namun dengan bobot mobil yang sedikit lebih dari 1.000kg, dan koefisien drag yang hanya 0,36 RX-7 adalah mobil yang menyenangkan untuk dikendarai. Pada bagian performanya tidaklah bisa dipandang sebelah mata dikarenakan akselearsi yang dilakukan pada mesin dengan kecepatan 0-100 km/jam dalam waktu tempuh 9,2 detik dengan top speed 190 km/jam. Sebuah prestasi yang sangat impresif untuk sebuah mesin dengan cara kerja berrotasi. Bukan hanya di mesin saja Mazda RX-7 ini mempunyai kesan yang sangat baik namun pada bagian design RX-7 yang dapat menciptakan performa menikung yang sangat baik dengan bermodalkan pusat gravitasi rendah dan weight distribution 50:50, RX-7 dapat menghasilkan gaya gravitasi 0,779g ketika menikung. Seiring berkembangnya waktu Mazda RX-7 mendapatkan berbagai perubahan di beberapa bagian baik dari sisi eksterior maupun interior. Namun yang paling penting adalah pilihan transmisi manual yang kini hanya 5-percepatan, dan peningkatan mesin menjadi 114HP. Produksi Mazda RX-7 generasi pertama berhenti pada tahun 1985 dan pada tahun 1985 model FC sudah siap untuk melanjutkan kesuksesan generasi pertama dengan ubahan konsep yang tidak signifikan, namun krusial. Hingga pada tahun 1985 lahirlah generasi ke 3 (tiga) dari Mazda RX-7 dengan seri FD dengan pembawaan mesin 13B-REW 1.308cc twin-rotor yang sudah disesuaikan tetapi tidak dengan dimensi mobil, khususnya lebarnya. Ubahan desain RX-7 FD cukup signifikan dibanding dua pendahulunya, dimana kesan mobil kotak kini berubah menjadi sangat aerodinamis dan cantik. Mesin yang dipakai masih sama seperti generasi kedua, Mazda memperkenalkan sistem sequential turbo, yang mana keduanya aktif di putaran mesin berbeda. Turbo pertama mulai beroperasi di putaran mesin 1.800rpm dengan menghasilkan turbo boost 10psi, masuk ke putaran atas, kerja turbo pertama digantikan turbo kedua yang memberi boost 8psi mulai 4.500rpm. Sistem twin-turbo ini berjalan sangat halus sehingga menghasilkan penyaluran tenaga dan torsi yang konsisten dari putaran mesin bawah hingga atas. Tenaga yang dihasilkan juga mengalami lonjakan yang sangat signifikan, di mana RX-7 FD versi awal (series 6) menghasilkan 294 Nm dan 252 horse power, dan terus meningkat sampai 313 Nm dan 276 horse power. Pada saat 2002 mulailah Mazda berhenti produksi. Berkat desain yang cantik yang dipadukan dengan tenaga mesin yang sangat mumpuni, Mazda RX-7 FD jadi posterboy dari mobil performa Jepang yang booming di tahun 1990-an, termasuk para pesaing Mazda RX-7 FD ini yaitu Toyota Supra MK4 dan Skyline GT-R R33-R34, sampai Honda NSX yang kini dianggap sebagai sportscar ikonik Jepang tahun 1990-an. Selama 24 tahun Mazda memproduksi pada tahun 1978-2002 lahirlah Mazda dengan seri RX-nya dengan tiga generasi berbeda. Sebanyak 471.018 unit Mazda RX-7 diproduksi diseluruh dunia. Berawal dari sportscar murah pesaing Lotus Elan, RX-7 berevolusi menjadi salah satu sportscar ikonik Jepang yang melegenda dengan mesin rotary-nya.

Mazda Bukan Penemu Rotary Engine? Lalu Siapa Penemu Rotary Engine?

Tepat di usia 54 tahun yang lalu pada tahun 1965 tepatnya pada tanggal 30 Mei, Mazda telah memproduksi mobil pertama dengan mesin rotary engine yang tertanam pada mobil pertamanya yaitu Cosmo Sport 110S dengan kapasitas mesin sebesar 982cc. Meski memiliki kapasitas mesin kecil, namun memiliki tenaga cukup besar yakini 110 horse power. Disinilah keunggulan dari mesin Rotary dimana cara bekerjanya mesin tidak menggunakan piston melainkan menggunakan perputaran yang dimana mesin kecil tetapi dapat menghasilkan tenaga yang begitu besar dibandingkan dengan menggunakan piston yang dimana cara kerjanya adalah naik dan turun secara vertikal maupun horizontal. Mesin rotary engine sendiri bekerja dengan menggunakan piston berbentuk segitiga dan cara kerjanya adalah dengan berputar atau berotasi dimana piston yang berbentuk segitiga tersebut merangkap sebagai ruang bakar sehingga menjadi satu kesatuan, maka dari itu cara kerja mesin ini berbeda dengan mesin silinder yang bekerja secara vertikal atau horizontal. Salah satu keunggulan dari mesin rotary sendiri adalah dengan bentuk yang kompak dan kecil namun dapat menghasilkan sebuah tenaga mesin yang sangat mengagumkan. Dikarenakan pada setiap seperempat putaran rotor menyelesaikan ekspansi atau kompresi gas di dalam ruang, yang memungkinkan empat karakteristik fungsi dari semua mesin pembakaran internal dan adanya pemasukan, kompresi, ekspansi, dan pembuangan sehingga diselesaikan selama satu putaran rotor. Bagian yang bergerak hanyalah rotor dan poros keluaran. Secara teori, keuntungan dari desain ini termasuk bobotnya yang ringan, bagian yang bergerak sedikit, kekompakan, biaya awal yang rendah, perbaikan yang dibutuhkan lebih sedikit, dan kinerja yang relatif mulus. Pada awal lahirnya mesin yang bekerja secara berputar ini, banyak sekali pabrikan otomotif dunia yang menggunakannya seperti seperti GM, Mercedes-Benz, Mazda, Rolls Royce, dan NSU. Namun hanya Mazda saja diantara semua pabrikan yang saat ini hanya serius mengembangkan mesin legendaris rotary engine ini. Tetapi siapa penemu dari sistem dan cara kerja dari Rotary Engine pada mesin mobil pabrikan jepang ini? Sejarah lahirnya mesin ini berawal dari insinyur asal Jerman yang bernama Felix Wankel yang dimana pada saat itu dia sedang berusaha menciptakan sebuah mesin yang dapat menghasilkan sebuah performa besar dan cara kerjanya lebih optimal dan efisiensi dibandingkan dengan mesin yang sudah ada dan banyak digunakan oleh pabrikan mobil lain. Felix Wankel adalah seorang yang lahir pada 13 Agustus 1902 dan meninggal pada 9 Oktober 1988 dia merupakan seorang penemu yang tidak pernah mendapatkan gelar teknik ataupun SIM (Surat Izin Mengemudi). Felix Wankel atau yang lebih dikenal dengan Wankel merupakan seorang putra pejabat kehutanan di wilayah Black Forest di Jerman bagian selatan, dan dia tumbuh dalam keadaan yang sulit dikarenakan ayahnya telah meninggal dalam Perang Dunia I. Sebagai seorang pemuda yang yakin bisa dan dapat merancang mesin yang dapat bekerja dengan cara berputar dan lebih praktis akhirnya dia mendirikan sebuah bisnis teknik kecil di Heidelberg sambil membiayai dirinya sendiri dengan pekerjaan lain seperti berjualan buku. Selama periode Nazi dan Perang Dunia II, dia tinggal di Lindau, di Danau Constance, di mana dia mengerjakan desain untuk segel, katup putar tidak konvensional, dan mesin putar untuk mesin mobil dan pesawat terbang. Pada berbagai waktu dia bekerja untuk Daimler-Benz dan perusahaan mobil BMW serta angkatan udara Jerman. Tetapi sangat disayangkan di akhir perang, bengkel Wankel dibongkar oleh pihak berwenang. Tetapi dengan tekat yang besar akhirnya pada tahun 1951 Wankel mulai bekerja di Lindau dengan departemen penelitian di sebuah pabrik mesin yaitu NSU Motorenwerk AG. Disana Wankel menyelesaikan design dari mesin rotari pertamanya untuk NSU pada tahun 1954, dan unit prototype yang dikembangkan dilakukan uji coba pada tahun 1957 dan 1958. Pada tahun 1961 Mazda, sebuah perusahaan mobil Jepang, mengontrak NSU untuk bekerjasama dan memproduksi serta mengembangkan mesin dengan sistem yang dibuat oleh Wankel di Jepang. Mobil Mazda bermesin putar diperkenalkan ke pasar Jepang pada 1960-an dan pasar Amerika pada 1971. Wankel mendirikan serangkaian perusahaan penelitiannya di Lindau, di mana ia terus bekerja di bawah kontrak untuk berbagai perusahaan tentang masalah mendasar dan pengembangan mesin putar kedepannya. Pada akhirnya Wankel menerima beberapa penghargaan dari perkumpulan teknik di Jerman dan luar negeri, sehingga pada tahun 1969 ia dianugerahi gelar doktor kehormatan dari Universitas Teknik Munich. Wankel sendiri berkomitmen sepanjang hidupnya untuk antiviviseksionisme (penggunaan hewan sebagai percobaan atau eksperimen), karena itu pada tahun 1972 Wankel mendirikan Penghargaan Penelitian Kesejahteraan Hewan Felix Wankel tahunan atau setengah tahunan untuk makalah dan proyek yang berkaitan dengan kesejahteraan hewan dan penghentian eksperimen pada hewan hidup.